[sustran] from Masyarakat Transportasi Indonesia (Transport Community of Indonesia)

SUSTRAN Resource Centre sustran at po.jaring.my
Tue Aug 10 10:34:00 JST 1999


An extract from "berita kota untuk semua edisi 3" (City News for All 3rd
edition) from Indonesia's Urban Poor Consortium. It highlights news from
Harun al-Rasyid Sorah Lubis of a new Indonesian NGO "Masyarakat
Transportasi Indonesia" (Transport Community of Indonesia). Harun is also a
transport academic and participant in sustran-discuss. Maybe he can send us
more news from Masyarakat Transportasi Indonesia from time to time?

I have added brief translations of certain small sections - sorry no time
to translate the whole thing (not fluent enough to do it quickly and easily). 

A. Rahman Paul Barter
----------------------------------------------


Pemberdayaan angkutan umum  [strengthening public transport]
Date: Tue, 3 Aug 1999 10:26:06 +0700 
From: "Harun al-Rasyid Sorah Lubis" <halubis at trans.si.itb.ac.id> 

Konkritnya, khusus kawan2 yang ada di Jawa Barat, kami dari Masyarakat
Transportasi Indonesia, Daerah Jawa Barat, pada awal september nanti akan
mengadakan seminar sehari dengan tema: PERMBERDAYAAN ANGKUTAN UMUM. 

[In early Sept. we from Masyarakat Transportasi Indonesia in West Java will
hold a one-day seminar with the theme "Strengthening Public Transport")....]

Ajakan untuk yang lain di Jabar, bila ada yang ingin menyemarakkan waktu2
tersebut, dengan beberapa kampanye penyadaran lingkungan maupun keselamatan
berlalu lintas, bisa kita sinergi kan bersama. Ditunggu respons nya bagi
yang berminat !!! 

Wajah angkutan umum, di kota2 besar di Indonesia sedemikian parahnya.
Bayangkan, misal di Bogor, untuk berbelanja masyarakat terpaksa menghindari
kesemrawutan yang ada di tengah kota, dan mending belanja jauh sampai
mendekati tol. Armada angkutan kota, tidak bisa lagi dikendalikan oleh
aparat, yang kelihatannya hanya senang mengurusi lisensi trayek, tanpa
menghiraukan tumpahan dan luapannya armada angkutan umum di jalan2. Ekonomi
tengah kota Bogor sangat rawan akan mati, bila situasi tersebut terus
berlanjut. Di Bandung pun, tidak kalah jeleknya. Dan sering jadi guyonan,
koq tempat orang2 pintar, malah transportasinya tidak bisa diberesi. Atau
yang ngurusi, tidak berminat untuk memberesi ?  Semuanya benarrrrr...... 

[The state of public transport in the large cities of Indonesia is
dire....examples given of Bogor and Bandung - the lack of public transport
is threatening the viability of businesses in the city centres and causing
many to relocate to more accessible locations....]
  
Yang pasti, fragmentasi dan terkotak2nya penanganan dari masing2
dinas/sektoral,  menjadikan wajah angkutan dan transportasi kita di banyak
kota di Indonesia semakin terpuruk, dari sisi biaya angkut, polusi,
kecelakaan, yang semuanya menghabiskan biaya sosial, yang tak pernah
terlintas di kepala pemakai/pengguna nya. Hal ini ditambah dengan interest
kelompok2 antara lain pengusaha, developer dan kalangan industri otomotif,
yang 
enggan merubah diri dengan alasan kehilangan pasar yang sudah terlanjur
nikmat selama ini. 
  
UU Pemda bagussss, tapi sayang UU PKPD (keuangan) belum serius mencerminkan
dan mengimbanginya. Resource/dana perlu diadakan untuk mengurusi tetek
bengek transportasi kota. Kalau resource tidak ada atau kurang, dan ini
yang paling mungkin situasinya, dalam jangka menengah perlu diusahakan
bagaimana caranya agar ada akumulasi 'public funding khusus' untuk
mengurusi sarana/prasarana transportasi kota. 
  
Ketergantungan pada mobil pribadi, walaupun Indonesia masih dalam tingkat
pemilikan rendah, tapi di kota2 angka pemilikan sudah mencapai 200 s/d 300
mobil per seribu penduduk. 

[There is dependence on private vehicles, even though Indonesia still has a
low ownership level, but in the cities private vehicle ownership has
reached 200 to 300 per 1000 people. 

Visi pengembangan prasarana transportasi kota tidak bisa, diisi dengan
semangat "predict and provide " membangun jalan terussss. Karena terbukti,
justeru bangun jalan menambah kemacetan. Di masa depan perlu diberdayakan
pilihan2 angkutan lainnya: jalan kaki, naik sepeda, angkutan umum, dst.
Permberdayaan pada rantai penggantian antar moda perlu diperhatikan, biar
orang yang memiliki mobil, juga sedikat ter "rayu" untuk sesekali memarkir
mobilnya di rumah, dan menggunakan angkutan alternatif. 
  
Sayang perencana transportasi dan yang mengurusinya termasuk aktivist kota,
sehari-harinya lebih akrab dengan mobil pribadi. Cobalah, satu kali dalam
dua bulan, parkir mobil anda di rumah. Jadi bisa mencoba 6 kali dalam
setahun untuk melakukan perjalanan dengan 6 tujuan perjalanan yang berbeda,
dan menggunakan angkutan alternatif. Coba sekali  ke kantor, kemudian coba
berbelanja, coba rekreasi, coba ngantar anak ke sekolah, coba.,
dst........, semuanya tanpa pakai mobil.  Dan rasakan betapa tidak
menariknya tidak naik mobil 
pribadi !!!!! 
  
Harun al-Rasyid Lubis. 
Sekretaris Masyarakat Transportasi Indonesia, JAWA BARAT. 
  



More information about the Sustran-discuss mailing list